Jumat, 17 September 2010

Mengantar Rambut

Bagi orang Sabu yang lahir di Pulau Sabu, NTT  maupun yang lahir di tempat rantauan, kembali ke Pulau Sabu adalah suatu keharusan, tidak terkecuali bagi mereka yang lahir sebagai keturunan orang Sabu dari garis bapak. Mereka boleh saja merantau ke berbagai tempat, namun ketika sudah meninggal, secara adat mereka harus tetap kembali ke tanah kelahirannya atau tanah leluhurnya yaitu Pulau Sabu.

Dalam bahasa Sabu momen ini disebut "Pengedo Ruketu" atau dalam bahasa Indonesianya berarti mengantar rambut. Sebenarnya yang dimaksudkan disini bukan rambut yang sebenarnya tetapi pakaian bekas yang dipakai semasa hidup mereka. Pakaian ini hanya sebagai simbol kembalinya mereka ke tanah kelahiran mereka atau tanah leluhur mereka. 

Acara ini biasanya dilakukan oleh keluarga dekat. Waktunya tidak ditentukan secara mutlak namun biasanya bebarapa bulan atau tahun setelah meninggal. Bagi mereka yang secara finansial belum mampu untuk mengantar rambut, mereka akan mengadakan acara "kumpul keluarga". Dalam acara tersebut, mereka mengundang orang sabu lain untuk membantu dengan biaya seiklasnya.

Rabu, 08 September 2010

Hachiko

Setiap orang yang menonton film Hachiko, seekor anjing peliharaan yang sangat setia menunggui tuannya akan merasa terharu sekaligus terkagum-kagum akan kesetiaanya.  Selain kesetiaannya yang besar, ikatan batin yang sangat kuat antara Hachiko dan tuannya layaknya seperti anak dan ayahnya menjadi hal yang menarik bagi saya bahwa ketika kita mencintai sesuatu dengan tulus, maka cintapun yang akan kita terima. Kesetiaan Hachiko ditunjukannya setiap hari ketika mengantar tuannya di depan stasiun kereta api  dan kembali ke stasiun tersebut pada sore harinya untuk menjemput tuannya. Setiap hari mengantar dan menjemput tuannya membuat Hachiko dikenal baik oleh pejalan kaki di sekitar rumah dan stasiun kereta api, sehingga merekapun terkagum-kagum sambil menegur 'hai Hachiko'.

Yang menarik dari kisah Hachiko adalah ketika suatu hari  ia terus menunggui tuannya di depan stasiun tempat ia biasa menunggu hingga tempat itu lengang oleh karena malam hari telah datang. Dengan perasaan sedih Hachiko kembali ke rumahnya, namun keesokan harinya ia kembali ke stasiun untuk kembali menjemput tuannya yang belum juga datang karena sebenarnya tuannya telah meninggal dunia di tempat ia bekerja kerena terkena serangan jantung.

Hari terus berlalu, Hachikopun terus menunggu tuannya di stasiun setiap sore hari hingga akhir hayatnya. Hal ini  membuat Hachiko mendapat simpatik dari banyak orang di seluruh dunia dan untuk mengenang kesetiaan Hachiko tersebut, pemerintah Jepang mendirikan patung yang mirip Hachiko di depan stasiun.