Minggu, 29 Agustus 2010

Penyadap Lontar

Mungkin banyak dari kita yang sudah sering melihat pohon lontar. Untuk sebagian orang sabu baik yang ada di sabu maupun di tanah perantauan, pohon ini telah menjadi asset atau modal untuk memenuhi kehidupan sehari-hari mereka bahkan tidak sedikit yang bisa menyekolakan anak –anak mereka hingga ke tingkat perguruan tinggi. Tahukah kalian bagaimana sesungguhnya pekerjaan ini dilakukan?.Ijinkan saya menceritakan sedikit pekerjaan ini karena banyak dari penyadap lontar adalah orang-orang terkasih saya.

Lontar adalah salah satu species genus palam. Lontar akan sangat cocok bila tumbuh di daerah dengan iklim kering, sehingga tidak heran kita akan  Kita akan sulit menjumpainya di daerah pegunungan yang lembab.

Yang pertama dilakukan adalah dengan memotong bunga dari pohon lontar tersebut dan membiarkannya selama semalam untuk mendapatkan air niranya. Air nira bias lansung dikosumsi. Rasanya sangat manis dan nikmat apalagi kalau diminum saat siang hari dimana panas membuat rasa haus tidak tertahankan. Air nira tersebut kemudian ditampung dalam suatu tempat dan dimasukan ke dalam periuk tanah untuk dimasak. Untuk memasaknya memerlukan suhu yang tinggi, oleh karena itu para peyadap lontar biasanya menggunakan kayu yang dalam istilah lokal kayu keras artinya kayu ini kadar kambiumnya besar sehingga tidak mudah menjadi arang. Bagian atas dari periuk tanah tersebut dipasang sebatang bambu yang bagian tengah dari bamboo tersebut dibuat lubang sehingga cairan dapat lewat. Air nira yang telah mendidih akan menguap dan uap tersebut kemudian akan jatuh dan menjadi alkohol (system penyulingan). Yang dalam istilah lokal disebut moke. Kadar atau kualitas moke ini bervariasi tergantung pada campurannya, sehingga harga julanya pun bervariasi.

1 komentar:

  1. Salam Kenal Deyuken, Saya juga orng Aimere Rindu Banget Mau Pulang Ke Aimere ' Sudah lama ngga Berenang Di Pantai Aimere,

    BalasHapus